JAKARTA – Ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali memuncak menyusul ancaman Presiden AS, Donald Trump, untuk mengenakan tarif balasan sebesar 100 persen terhadap impor dari China. Menanggapi ancaman tersebut, China dengan tegas menyatakan sikapnya: “kami tidak menginginkannya, tapi kami tidak takut akan hal tersebut.”
Juru bicara Kementerian Perdagangan China (Mofcom) pada Senin (13/10/2025) menuding AS menerapkan standar ganda. Ancaman tarif 100% oleh Trump lewat unggahan media sosial pada Jumat (10/10/2025) adalah respons atas langkah Beijing yang lebih dulu menerapkan kontrol ekspor terhadap mineral tanah jarang (rare earths).
Ancaman Trump tersebut langsung mengguncang pasar saham AS, menyebabkan nilai ekuitas anjlok dan menghapus sekitar USD 2 triliun dari pasar dalam sehari.
China Tepis Tudingan Pemaksaan Ekonomi
Juru bicara Mofcom menegaskan bahwa ancaman tarif tinggi bukanlah cara yang tepat untuk menjalin hubungan baik. China menuding AS selama ini melebih-lebihkan konsep keamanan nasional dan menyalahgunakan kendali ekspor terhadap produk China, termasuk semikonduktor.
Terkait kontrol ekspor tanah jarang, China menyebut kebijakan yang diterbitkan Kamis lalu itu sebagai langkah “sah” berdasarkan hukum internasional. Kebijakan ini merupakan bagian dari penguatan sistem kontrol ekspor nasional untuk "menjaga perdamaian dunia dan stabilitas regional" di tengah situasi keamanan global yang bergejolak.
Saat ini, aturan baru China mewajibkan entitas asing memperoleh lisensi untuk mengekspor produk yang mengandung lebih dari 0,1 persen tanah jarang asal China, terutama yang berpotensi dipakai dalam kepentingan militer.
China, yang saat ini menyumbang sekitar 70 persen pasokan tanah jarang global, diyakini telah berulang kali menggunakan mineral strategis ini sebagai alat tawar-menawar dalam negosiasi perdagangan.
Respon AS dan Eskalasi Biaya Pelabuhan
Perwakilan Dagang AS, Jamison Greer, mengatakan Washington tidak diberitahu terlebih dahulu mengenai kontrol ekspor terbaru China dan menyebut langkah Beijing itu sebagai “aksi perebutan kekuasaan.”
Sebagai respons, Trump pada Jumat (10/10/2025) mengumumkan tarif baru sebesar 100 persen terhadap impor China mulai 1 November, di samping penerapan kontrol ekspor terhadap "seluruh perangkat lunak penting."
Eskalasi perang dagang juga merambah sektor maritim. Beijing mengumumkan akan mulai mengenakan biaya pada kapal-kapal AS yang bersandar di pelabuhan China mulai 14 Oktober, meniru biaya baru AS terhadap kapal China yang berlaku pada hari yang sama. Mofcom menyebut kebijakan balasan itu sebagai “tindakan defensif pasif yang diperlukan.”
Tensi ini muncul hanya beberapa pekan menjelang kemungkinan pertemuan antara Trump dan Presiden China, Xi Jinping, di sela-sela forum APEC di Gyeongju, Korea Selatan, pada akhir Oktober. Namun, Trump mengancam akan membatalkan pertemuan tersebut setelah keputusan terbaru Beijing memperketat kontrol ekspor tanah jarang.

Post a Comment