Pesisir Barat – Harapan ratusan kepala keluarga yang berprofesi sebagai petani di Pekon Tanjung Kemala, Kecamatan Bangkunat, Kabupaten Pesisir Barat, untuk meraih kesejahteraan dari hasil pertanian perlahan memudar. Satu-satunya bendungan yang menjadi sumber pengairan utama bagi lahan pertanian warga sudah hampir sembilan tahun tak lagi berfungsi.
Akibat kerusakan bendungan tersebut, sawah-sawah yang dulunya subur kini berubah menjadi lahan kering kerontang dan ditumbuhi semak belukar. Para petani terpaksa beralih menanam komoditas yang lebih tahan kekeringan, seperti jagung dan kelapa, meski hasilnya jauh dari harapan.
Tak sedikit dari mereka kini terlilit utang dan kesulitan untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi. Menurut Peratin (Kepala Desa) Tanjung Kemala, Alvian, pihaknya telah berulang kali mengajukan permohonan perbaikan bendungan kepada pemerintah, namun hingga kini belum ada realisasi.
“Kami hanya terus dijanjikan. Tapi janji itu tak pernah menjadi kenyataan. Sementara nasib petani kami terus terpuruk,” ujar Alvian.
Bendungan Way Bambang, yang terletak di wilayah Pekon Tanjung Kemala, dulunya mampu mengairi sekitar 120 hektare lahan pertanian. Kontribusinya terhadap perekonomian warga sangat besar, bahkan mencakup hingga 70 persen pendapatan masyarakat desa.
"Dulu ketika lahan masih berupa sawah pendapatan petani dari hasil gabah dapat mencapai 36 juta rupiah per hektare dalam sekali panen, sekarang semenjak petani beralih menanam jagung akibat suplai air tak ada, pendapatan petani hanya berkisar antara 10 hingga 13 juta rupiah per hektare dalam sekali panen, kerugian petani berkisar hingga 20 juta rupiah per sekali panen" ujar Alvian.
Kini, Alvian dan para petani hanya bisa berharap agar pemerintah membuka mata dan segera mengambil tindakan nyata. Mereka menantikan hadirnya solusi di tengah gemuruh semangat “Tani Merdeka” yang digaungkan pemerintah, namun belum dirasakan manfaatnya oleh para petani di ujung barat Provinsi Lampung ini. (*)
Post a Comment