BANDAR LAMPUNG — Dalam 100 hari pertama masa jabatannya, Gubernur Rahmat Mirzani Djausal (Mirza) dan Wakil Gubernur Jihan Nurlela menunjukkan komitmen kuat terhadap penguatan sektor pertanian di Provinsi Lampung melalui program hilirisasi dan modernisasi pertanian.
Sejak dilantik pada 20 Februari 2025, Pemprov Lampung telah menyalurkan 24 unit mesin pengering gabah dan 4 mesin penepung mocaf kepada kelompok tani dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di 10 kabupaten/kota.
Mesin pengering atau dryer multifungsi tersebut dapat digunakan untuk gabah, jagung, cokelat, kelapa, hingga singkong. Teknologi ini diharapkan mampu mempercepat proses pascapanen dan meningkatkan nilai jual hasil pertanian.
“Dengan alat ini, petani bisa menjual gabah dalam bentuk Gabah Kering Giling (GKG) yang bernilai jual lebih tinggi. Proses pengeringan pun lebih cepat, dari 36 jam menjadi hanya 12 jam,” ujar Gubernur Mirza, Kamis (22/5/2025).
Bantuan dryer padi berkapasitas 20 ton diserahkan kepada 21 kelompok tani dan 3 BUMDes yang tersebar di Kabupaten Way Kanan, Tanggamus, Pesawaran, dan Lampung Barat. Satu unit mesin mampu mengolah hasil dari 2–3 hektare lahan, sehingga total kapasitas pengolahan mencapai 480 ton Gabah Kering Panen (GKP) per hari.
Koperasi Pertanian Serbajadi, Kecamatan Natar, Lampung Selatan, menjadi salah satu penerima bantuan yang telah menguji efektivitas mesin ini dengan hasil efisiensi tinggi dan kualitas gabah stabil. Selain mendukung panen raya, mesin tersebut membuka peluang usaha komersial di bidang pengeringan gabah.
Penguatan Hilirisasi Singkong: Mesin Penepung Mocaf
Selain padi, Pemprov Lampung juga mendorong hilirisasi komoditas singkong melalui bantuan empat unit mesin penepung mocaf (Modified Cassava Flour) kepada petani di Lampung Tengah, Lampung Timur, Way Kanan, dan Lampung Utara.
Tepung mocaf merupakan hasil fermentasi singkong yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan kandungan gizi yang baik. Dengan teknologi ini, petani bisa memperoleh nilai tambah hingga Rp6.394 per kilogram dan margin keuntungan mencapai 67,2%.
“Mocaf bisa menjadi alternatif pangan sehat pengganti tepung terigu, sekaligus meningkatkan pendapatan petani. Ini bagian dari upaya kita mendorong kemandirian pangan,” ungkap Gubernur Mirza, yang juga pernah menjabat Ketua HKTI Lampung selama satu dekade.
Lampung sebagai Sentra Produksi Pertanian
Provinsi Lampung merupakan produsen singkong terbesar di Indonesia, dengan produksi mencapai 7 juta ton pada 2025. Selain itu, Pemprov juga menargetkan produksi padi sebesar 3,5 juta ton GKG, dengan luas tanam mencapai 1.034.205 hektare.
Kabupaten Lampung Tengah menjadi lumbung padi terbesar dengan produksi 614.016,70 ton pada 2024, disusul Lampung Timur dan Tulang Bawang.
Hilirisasi Dimulai dari Desa
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Lampung, Evie Fatmawaty, menekankan bahwa hilirisasi dimulai dari desa. Saat uji coba mesin dryer di Natar (20/5), ia menyatakan bahwa petani kini memiliki kendali lebih besar atas harga dan proses produksi.
“Kalau petani bisa mengeringkan hasil panennya sendiri, mereka tak lagi bergantung pada tengkulak. Ini bukan sekadar pascapanen, tapi awal dari industrialisasi pertanian,” ujarnya.
Ke depan, Pemprov Lampung berencana membangun silo modern dan pabrik pengolahan di tingkat kecamatan untuk memproduksi tepung jagung, konsentrat, hingga tepung ikan dari bahan baku lokal.
“Dengan hilirisasi berbasis desa, petani tak hanya menjadi produsen bahan mentah, tetapi bagian dari rantai industri. Petani untung, desa tumbuh, dan ekonomi Lampung melesat,” tutup Gubernur Mirza.
Post a Comment