Lurah Way Laga Suka Bumi Bandar Lampung Tidak Perduli Terhadap Keluhan Warganya


Bandar Lampung, Lurah Way Laga Muhadi, memberikan pembiaran ke salah satu warga yang mengelola Home industri Tambang tali, akan berdampak ricuh di antara warga satu dengan lainnya, karena warga yang merasa risih dan terganggu akan aktifitas, rajut tambang tali tersebut sudah melaporkan yang kedua kali nya ke kelurahan tapi tidak ditanggapi, lambat laun terus ada pembiaran dari pihak Lurah.

Dari Pantauan dilokasi, yang ikut serta dalam Pertemuan warga yang terganggu dalam aktifitas tersebut, melaporkan ke lurah Pada tanggal selasa (29-8-23) di tanggapi oleh Lurah Muhadi, hasil pertemuan tersebut menyepakati untuk menindak lanjut aktifitas tersebut, dengan sepakat untuk pindah ke lokasi kebun sawit yang mana tidak semerta merta harus izin dahulu ke tokoh Masyarakat Way Laga yaitu Kyai Jaelani, dalam pertemuannya yang di hadiri Babinsa dan segenap Rt, sang tokoh mengizinkan adanya pindah lokasi aktifitas tambang tali yang terbuat dari Ijuk tersebut. Atas izin nya tanah milik masyarakat yang di hibahkan itu bisa di pergunakan untuk Aktifitas home industri tambang tali.

Salah satu Warga (S) Mengatakan, menyetujui ada nya perpindahan kegiatan tambang tali terbuat dari serabut ijuk itu, di karenakan sangat mengganggu dasarnya kegiatan tersebut sangat berdekatan dengan pemukiman warga yang sangat di kwatirkan, saat datangnya barang, terbuat dari serabut ijuk, saat menaruh ke lokasi di jatuhkan begitu saja, debu dan ijuk halus berterbangan sehingga masuk ke rumah warga. Apa lagi ibu saya sampai sakit batuk tiap hari harus menghisap debu tali yang berterbangan.

Di pihak lain warga (H) diri nya sangat terganggu dengan ada aktifitas giat ini, Pengelola yang bernama Marsiyah’ memperkerjakan ibu – ibu lansia selama 12 jam, dari Jam 9:00 pagi hingga malam jam 20:00 Wib, dari waktu kerjanya saja sudah tidak wajar tapi benar tidak yang protes di karenakan ibu-ibu di sini butuh kerjaan untuk kelangsungan hidup mereka, di lihat dari penghasilan mereka sungguh tidak sepadan, apa yang di dapat upah di ambil dari hasil merajut tali pertali sekitaran Rp.2.500 (dua ribu lima ratus rupiah) yang di rajut kemungkinan dalam sehari hanya bisa mengambil sepuluh tali per orang yang akan di bayar perbulan.

” Warga Suka Baru banyak yang kontra atas Aktifitas Rajut tambang tali dari PT ALN (Agri Lestari Nusantara) dasarnya tidak layak ada kegiatan tersebut di pemukiman warga yang padat, Warga yang merasa terganggu dengan Aktifitas merasa geram pasal nya sudah dua 2 kali lapor ke kelurahan sampai saat ini belum ada tindakan apa pun, malah jadi nya aktifitas tambang tali maju ke depan dengan menggunakan terpal sebagai penutup, tidak di pungkiri bila di tutup berdampak ke perkerja bila di buka berdampak ke pemukiman warga.

Warga yang merasa terganggu, mencoba melaporkan ke DLH dampak nya pun nihil, warga yang terganggu dan terusik pun melaporkan ke kecamatan saat itu di sambut langsung oleh Camat, kamis (7/9/23). Camat mengatakan,” dirinya akan memanggil Lurah atas kejadian tersebut, dan akan mempelajarinya terlebih dahulu, yang mana akan mencari solusinya,” kata Camat Suka bumi.

Dari hasil pantauan yang mengikuti peristiwa tersebut, akan timbul nya, konflik cemburu sosial antar warga yang lebih di takuti adanya kericuhan dan kemelut yang tidak di inginkan apabila tidak ada solusi satu sama lainya, yang mana sudah di laporkan masih ada pembiaran dari Pihak pamong setempat, tidak semestinya pihak Lurah memihak sebelah seharusnya ambil jalan tengah untuk duduk bareng mana yang merasa terganggu dengan pihak pengelola, bila perlu dengan pihak PT yang menitip kan barang untuk di kerjakan ke lokasi tersebut, Ada apa Lurah Way Laga tadinya setuju semangat yang kini ngerem pakem, yang katanya dirinya mau menemui pihak PT untuk mendanai tempat Rajut tali ijuk yang di kerjakan warga.

Hingga berita ini terbit dari pihak Pamong/Lurah masih melakukan Pembiaran tidak ada ke pastian menemui Jalan Buntu, yang mana dari pihak warga terusik terheran heran, tanda tanya ada apa ini dengan Lurah kami, kata salah satu warga setempat, hasil pantauan dan nara sumber, kamis (14/9/23)

Post a Comment

Previous Post Next Post