Permintaan Tinggi, Pemilik Kerajinan Tapis Keluhkan Kurangnya Pengrajin

Melati Tapis, salah satu UMKM tapis asal Kabupaten Pringsewu yang sudah go international, ikut andil dalam ajang Lampung Fair 2022 di PKOR Way Halim, Bandarlampung.


Menurut pemilik Mekati Tapis , Siti (50), Melati Tapis sudah banyak melakukan ekspor ke Malaysia dan Singapura dengan omzet mencapai Rp20 juta – Rp 30 juta per bulannya. Tapis ini juga memasok tapis ke Sulawesi dengan omzet sekitar Rp 20-30 juta seriap kali pesanan.

Usaha tapis yang sudah dirintis 10 tahun lalu itu memiliki pekerja sebanyak 50-70 orang pekerja dengan sistem upah setor.

“Harga tapis di Melati Tapis bervariasi antara ratusan ribu hingga jutaan rupiah,” katanya.

Siti mengatakan, tapis bordir dijual antara Rp 250 ribu sampai jutaan rupiah. Menurutnya, tapis yang paling mahal adalah tapis mata kibau yang biasa dipakai untuk upacara adat, yaitu sekitar Rp 4 juta.

Selain itu, ada juga rok wanita yang disulam tapis dengan harga Rp 370 ribu -600 ribu, baju dress dengan harga Rp1 juta , dan tas dengan harga Rp 80.000 hingga ratusan ribu.

Selama Covid-19, kata Siti, penjualan tapis justru melonjak dibandingkan sebelum ada Covid-19.

“Selama covid-19, penjualan dilakuikan secara online. Kenaikan penjualan sekitar 80 persen atau dengar omzet Rp30-50 juta per bulan.

Siti mengaku, Melati Tapis pernah dapat bantuan dari Dinas Perdagangan berupa bahan baku benang saja dan bukan berupa uang.

“Kendala yang kami hadapi saat ini adalah kekurangan pengrajin. Sebenarnya peminat tapis tinggi, tetapi karena pengrajin kurang maka kita tidak bisa memenuhi pasar,” katanya.

Post a Comment

Previous Post Next Post