Menjadi Anak Tiri di Negeri Sendiri

UNDERCOVER - Progres pembangunan jalan menuju 4 pekon terisolir di Kecamatan Bengkunat Kabupaten Pesisir Barat tak kunjung usai. Sampai saat ini sebanyak 9000 jiwa dari Pekon Way Tias, Bandar Dalam, Way Haru, dan Siring Gading, hanya dapat menunggu keajaiban akan adanya pembangunan di tempat tersebut.



Menjadi anak tiri di negeri sendiri merupakan gambaran yang cocok bagi 4 desa ini. Seperti diketahui, sulitnya akses jalan sepanjang 7 kilometer yang harus ditempuh untuk menuju ke lokasi itu menjadi faktor utama yang mengakibatkan masyarakatnya sulit mencapai sejahtera. Warga yang sudah sejak zaman penjajahan menempati wilayah itu seakan belum merasakan manisnya kemerdekaan, seperti yang tercantum dalam Pancasila dalam bait ke 5 yang berbunyi "Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia".

"Kami tinggal di negri kami sendiri namun kami diperlakukan seperti orang asing, tidak ada belas kasih dari pihak yang berkepentingan, kami manusia tetapi tidak dimanusiakan", ucap salah seorang warga bernama Encek.

Kini akses jalan yang biasa dipakai masyarakat lumpuh total akibat gemburnya tanah yang menyebabkan jalan menjadi seperti rawa, saat hari terik kedalaman jalan yang biasa digunakan masyarakat dapat mencapai tinggi lutut orang dewasa, saat hujan kondisi jalan bahkan bisa menenggelamkan sebuah motor cross, akibat hal itu jalan satu-satunya dengan memanggul motor beramai-ramai agar bisa menyebrangi titik-titik jalan yang tidak bisa dilalui.



Karena kondisi jalan tersebut tak layak lagi untuk dilalui, masyarakat pun beralih menggunakan jalur bibir pantai untuk lebih memudahkan mereka menuju kota ataupun sebaliknya dengan waktu tempuh yang jauh lebih cepat dibandingkan jalan utama, namun lagi-lagi hal itu adalah pilihan darurat karena tak ada akses lagi selain melewati bibir pantai. Menempuh jalur pantai kerap kali menyebabkan kendaraan yang dipakai warga rusak, hal tersebut dikarenakan kandungan yang terdapat dalam air laut yang dapat menyebabkan kondisi berkarat pada motor terkhusus pada bagian mesin.

"Setiap tahun paling tidak motor harus diganti, kalau gak minimal ganti mesinnya mas, soalnya kena air laut lebih cepat motor nya ngarat (Berkarat.RED), kalo udh mesinnya yang karatan yo rusak paling mas", tegas Imam salah seorang ojek tradisional.



Namun jalur pantai tak selamanya dapat ditempuh warga, saat musim barat tiba sepanjang bibir pantai tidak bisa dilalui, hal tersebut diakibatkan pasangnya air laut yang tak menyisakan jalur pasir untuk dilalui karena sebagian besar laut langsung berbatasan dengan tebing. Akibat hal itu warga tidak diberi pilihan selain melewati jalur utama dan harus kembali berjuang melewati jalan itu, dengan waktu tempuh selama 6 jam jika cuaca panas dan sekitar 24 jam jika hujan sedang melanda, bahkan acap kali warga harus menginap diperjalanan, hal itu tetap dilakukan masyarakat walaupun hanya untuk membeli sembako untuk bertahan hidup.

Dilihat dari kondisi sarana transportasi di tempat ini, tentu kehidupan masyarakat di 4 pekon tersebut jauh dari kata layak. selain jalan, harga kebutuhan pokok juga jauh lebih tinggi dibanding di tempat lain, seperti halnya gas 3 kilogram yang biasanya hanya dijual dengan nilai Rp. 25.000, di tempat itu saat hujan melanda harganya dapat mencapai Rp.75.000 lebih, begitu pula dengan kebutuhan lain yang dapat melonjak hingga 3 kali lipat dari harga biasanya.

Berbanding terbalik dengan penghasilan, warga yang sebagian besar berprofesi sebagai petani, mereka harus membayar ongkos yang cukup tinggi bila ingin menjual hasil panennya ke kota, al hasil pendapatan warga dari hasil panen berkurang. Seperti contoh hasil penjualan buah kelapa yang per kilonya dijual hanya sebesar Rp.7.000 dan harus membayar ongkos ojek sebesar Rp.3.000 jika dijual ke kota, jadi hanya sekitar Rp.4.000 saja uang yang diterima petani, begitu pula dengan hasil panen lainnya.



"Penghasilan masyarakat disini minim bang, pengeluarannya saja yang besar, harga sembako tinggi sedangkan uang yang dihasilkan tidak bisa maksimal, kalau untuk nyiasatin itu ya seperti kelapa kita bikin jadi kopra biar berat per kilonya turun sehingga ongkosnya ga terlalu besar", tandas seorang petani wanita bernama nyoman.

Permasalahan yang timbul di tengah masyarakat di 4 pekon terisolir itu tentu semuanya dapat dipastikan diakibatkan oleh akses transportasi yang tidak memadai dan izin yang sangat sulit didapatkan dari pihak terkait untuk membangun wilayah yang dikelilingi Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS.RED) tersebut. Bukan hanya permasalahan diatas, masih banyak permasalahan yang lain seperti pemenuhan pelayanan kesehatan yang belum memadai, kebutuhan listrik yang belum terpenuhi, dan berbagai persoalan lainnya yang tidak dapat dirasakan warga disana seperti masyarakat pada umumnya.

Pemerintahan Kabupaten Pesisir Barat dalam menanggapi permasalahan ini mengaku sudah berusaha maximal untuk mewujudkan impian masyarakat marga belimbing (Marga yang mencakupi 4 pekon tersebut.RED), bahkan telah berulang kali menyambangi pemerintahan pusat demi mendapatkan izin membangun di wilayah itu namun setelah melalui berbagai tahapan Pemkab masih belum menemui titik terang.

"Setelah berulang kali berusaha, kita akhirnya sudah mengantongi izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, namun pihak TNBBS masih belum memberikan kejelasan terkait izin pembangunan jalur transportasi disana, bahkan mereka terkesan menghindar dan tidak menggubris apa yang diajukan Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat", ujar Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Jalaludin.

Jalal berharap agar pihak TNBBS dapat segera memberikan kejelasan, ia menyebutkan bahwa masyarakat disana sudah terlalu lama menunggu untuk mendapatkan perlakuan yang layak sebagaimana mestinya, seharusnya pihak TNBBS mempunyai rasa kemanusiaan untuk mengulurkan tangannya kepada rakyat.

"Saya harap pihak TNBBS segera memberikan pernyataan yang jelas terkait izin pembangunan jalan disana, jika alasan pembangunan tersebut ditolak hanya untuk melindungi alam, artinya mereka hanya mementingkan keberlangsungan hutan dan binatang yang hidup didalamnya daripada memanusiakan ribuan warga didalam sana", tegasnya.

Sedangkan untuk anggaran pembangunan jalan itu sudah dipersiapkan secara matang oleh Pemkab Pesibar sebanyak 4 miliar rupiah, jika tahun ini segala izin sudah terpenuhi maka pihak Pemerintahan akan segera memulai pembangunan jalan tersebut. (Andrean)

Post a Comment

Previous Post Next Post