Opini Remahan 'Rengginang' sang non Partisan

Opini Bang Andi, UNDERCOVER - Pemilihan presiden masih 3 tahun lagi tapi riak2 dan rivalitas antar calon semakin terasa mulai menggetarkan bumi pertiwi.


Konstalasi pilpres 2024 akan datang akan lebih sengit dibandingkan 2014 dan 2019 karena pada pilpres 2024 bakal calon presiden akan semakin banyak dan masih terbuka lebar setelah Jokowi menyelesaikan periode kedua kepresidenannya.

Aroma rivalitas tersebut akan semakin terasa kuat dalam 1 -1.5 tahun kedepan hingga setidaknya akhir tahun 2022 dimana beberapa para bakal calon tsb akan selesai masa tugasnya sebagai kepala daerah.

Para bakal calon baik yang kuat, cukup kuat, biasa bae, bahkan yang sayup2 terdengar dan juga yang memaksa sekalipun akan bergerak untuk memikat rakyat dan juga parpol pendukung.
 
Akan beragam cara dilakukan baik dengan adab dan santun, setengah beradab, tidak beradab bahkan cara2 jahiliyah sekalipun akan dilakukan. Ada yang menggunakan strategi yang terstruktur, sistimatis dan masif bahkan hingga tanpa strategi alias hantam kromo dan kepedean.

Kenapa saya katakan 1 - 1.5 tahun ini adalah masa tebar pesona bakal calon ? Karena tahun 2022 akhir nama2 bakal calon tsb sudah mengerucut dan parpol juga sudah harus mulai mengelus calon2 potensialnya dimana tahun 2023 awal tahapan pilpres sudah dimulai termasuk pileg, dan jagat raya nusantara akan memulai periode gonjang ganjing ke 2 perang strategi para bakal calon dan akan memasuki puncaknya saat bakal calon presiden sudah menjadi calon yang ditetapkan oleh KPU.

Apakah kegaduhan pilpres 2024 akan sama bahkan lebih dari kegaduhan pilpres 2019 ? Hehehe sepertinya begitu apalagi bila calon presiden hanya akan ada 2 pasang dan koalisi parpol mirip dengan 2019 walaupun kemungkinan besar Gerindra akan gabung dengan PDIP serta parpol lainnya, tapi capres lainnya akan memainkan isu yang sama saat pilpres 2019.

Apakah akan efektif apabila isu yg sama dimainkan kembali ? Menurut saya tidak akan efektif dan malah kontraproduktif sehingga strategi tsb kemungkinan tidak akan digunakan lagi, terkecuali memang mereka hanya memiliki strategi itu saja dan minim inovasi.

Prediksi saya akan ada 3 pasang capres namun pasti akan akan ada pihak2 yang berusaha sangat kuat agar pilpres hanya akan diikuti oleh 2 pasang capres saja seperti 2014 dan 2019.
Wallahualam, kita lihat saja perkembangannya kedepan karena politik itu sangat cair dan mudah berubah dalam hitungan menit sekalipun.

Semoga apapun konstalasi politik kedepan kepentingan bangsa dan negara tetap paling utama dan pemulihan kesehatan, ekonomi dan sosial akibat pandemi tetap menjadi prioritas pemerintah terutama para bakal calon dan elit politik.

Karena gonjang ganjing politik akibat syahwat kekuasaan yang berlebihan akan merugikan kita semua terutama kita sebagai rakyat kecil yang masih berjibaku untuk sekedar bisa menyambung hidup untuk hari ini dan esok.


NB : Ohya untuk bacalon yang merasa sudah punya parpol pendukung supaya jangan merasa diatas angin, karena untuk pilpres bahkan pilkada sekalipun figur calon memiliki bobot 60-80% untuk terpilih dibandingkan dengan faktor partai pendukung.

Sehingga faktor figur yang disukai rakyat menjadi faktor penentu untuk bisa menang atau tidaknya sang calon, persepsi dan ekpektasi masyarakat harus didengar terkecuali kalau hanya sekedar meramaikan pilpres atau memenuhi ego pribadi maupun kelompoknya saja.

Oleh : Andi Desfiandi

Post a Comment

Previous Post Next Post